Bila sepuluh tahun lalu dunia web sangat membosankan, tapi kini lebih menarik dengan warna dan interaktivitas tinggi. Terma-terma seperti CSS, PNG, GIF, Flash dan Shockwave kini sudah jadi totonan yang biasa bagi para pengunjung web kebanyakan. Web sudah jadi kanvas bagi individu yang kreatif, di sisi lain teknologi web dan internet terus berkembang dengan pesatnya. Dari HTML ke DHTML, XML dan JHTML, entah apa lagi.
Bayangkan, ketika kita memasuki situs Coca Cola (http://www.cocacola.com) dengan tanpa botol warna merah nyala dan background merahnya, maka dengan segera pertanyaan timbul "botol"nya mana? Atau Warna merah segera hadir dalam ingatan ketika hendak masuk ke situs KFC (http://www.kfc.com) lengkap dengan ayamnya. Membayangkan sebuah situs berlabelkan teknologi, maka yang akan timbul adalah navigasi yang high-tech, papan informasi yang easy to learn dan penuh dengan kejutan-kejutan futuristik, warna-warna perak metalik dengan ikon-ikon yang jauh dari yang kita bayangkam sekarang.
Mereka-reka sebuah situs sebelum situs itu kita masuki menjadi kegiatan yang mengasyikkan karena kegiatan inilah yang menjadi dasar dinamika manusia itu sendiri. Namun sering, betapa kecewanya ketika masuk ke sebuah situs tersebut ternyata tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Angan-angan dapat informasi yang sepadan dengan biaya yang dikeluarkan untuk menjelajah situs Web jadi lemas, dengan cepat pengguna segera cabut menggerakkan mouse-nya untuk mencari situs yang sesuai dengan keinginannya.
Sebenarnya, apa yang diharapkan? Tentu, ada banyak alasan seseorang mengunjungi sebuah web site diantaranya membaca/ mengirim berita, email, download file, dll. bergantung penggunanya, meski tidak sedikit pula yang ternyata karena kesasar. Tapi maaf, .. bagi desainer, atau juga bagi kebanyakan netter, sekali lagi maaf, selain informasi yang ingin didapat saat mengunjungi sebuah site, mereka juga menanyakan "kemajuan" yang cocok dengan perkembangan teknologi yang sedang bergulir.
Bukan sekedar tontonan web yang hanya dibangun menggunakan teknologi era 90-an! Atau, bukan saja soal naviasi yang baik dengan dukungan database yang seabrek saja, tapi soal visualiasi grafis yang "canggih dan mantap" juga wajib dipertimbangkan. Bagi pengguna kebanyakan, site "apik" model ini menarik untuk disinggahi sebelum benar-benar menghabiskan seluruh isi webnya. Ini baru masalah!
Selain adanya peningkatan permintaan desain yang "canggih" dan "mantap" dari kebanyakan pengunjung, pengguna dan klien khususnya perusahaan, dan untungnya peningkatan ini juga diikuti booming berbagai perangkat lunak baru, baik yang dikeluarkan secara periodik maupun sesekali saja. User benar-benar terus dimanja. Sebut saja, Adobe Photoshop 7 (http:// www.adobe.com) yang baru dikeluarkan beberapa bulan ini setelah belum lama dikeluarkan Adobe Photosop 6 yang sebenarnya sudah cukup ciamik, menyertakan fitur yang lebih serius menggarap wilayah desain Web dan beberapa plug-in-nya yang selalu keluar bersamaan.
Tercatat, tidak kurang 30 jenis software telah dikeluarkan Adobe ini yang terbagi dalam software fonts, page builder, plug-in, animasi, 3D (tiga dimensi). Untuk animasi terdapat Go Live 5.0, Premiere 6.0, Live Motion 1.0, untuk page builder terdapat Go Live 5.0 dan Page Maker 6.52. dll.
Adobe tidak sendirian, Corel (http: file://www.corel.com) misalnya yang lama melang-lang buana di dunia desain khususnya dekstop PC, pun menjawab tantangan Adobe tersebut dengan mengeluarkan Corel 10 dengan fitur-fitur yang lebih menantang desainer untuk mengeksplorasi citra, dan juga dikeluarkannya Corel Rave, menambah deretan software-software animasi.
Begitu juga yang dilakukan Macromedia (http: file://www.macromedia.com), melalui Flash 5, misalnya, menjawab tantangan para flasher mania dengan menambahkan shortcut tools yang lebih friendly dengan tambahan script yang makin beragam. Dengan mengembangkan Dreamwever 4.0-nya, Macromedia meramaikan bisnis pembuatan situs Web ini.
Sayangnya, di sisi lain, muncul berbagai kendala mengenai format file yang memang merupakan sebuah persoalan yang telah lama terjadi. Tak kurang beberapa software telah mengeluarkan jenis-jenis format file yang menjadi opsi bagi para pengguna untuk mengembangkannya. Sebagai contoh, dengan dikeluarkannya Swift 3D (http://www.swift3d.com) untuk menjawab permintaan flasher mania yang mengalami kesulitan dalam membuat animasi 3D dengan kapasitas bytes yang cukup kecil dan mudah untuk dieskpor (transfer) ke Flash 5.
Swish 2.0 (http://www.swishzone.com) pun merambah daerah animasi dengan konversi file yang mudah dengan menempatkan pada animasi 2D. Perbendaharaan situs pun diperkaya dengan deretan software audio yang cukup signifikan. Dimulai dari Acid Pro 3 keluaran Sonic Foundry (http:// www.sonicfoundry.com) yang dengan setia menerbitkan fitur-fitur yang lebih menggigit untuk para penggunanya. Di antaranya, kita dapat mengolah dan memotong file wav langsung di board-nya.
Selain itu, beberapa plug-in yang juga dikeluarkan bersamaan, seperti Sound Forge. Kelebihan software ini juga pada konversi file yang optionable. Tak mau kalah dengan Sonic Foundry, CakeWalk 9.03 (http:// www.cakewalk.com) yang mengeluarkan beberapa plug-in. Juga menarik untuk diekplorasi, seperti Groove Maker 2.0.
Ketika pengguna semakin mendambakan situs yang lebih interaktif, maka munculnya Pulse 3D (http://www.pulse3d. com) yang makin menambah perbendaharaan piranti desainer Web untuk lebih menuangkan ide-ide yang lebih kreatif. Software ini memungkinkan pengguna untuk lebih mempunyai interaksi yang intens.
Sedangkan dari sisi pemilihan huruf (font), telah dikeluarkan tak kurang dari 200 ribu jenis font yang mengalami grafik pertumbuhan eksponensial, sehingga ide-ide yang muncul akan dapat dituangkan dengan sempurna. Sebuah angka yang cukup memudahkan para desainer Web untuk lebih menelorkan ide-ide orisinalnya.
Program Animasi dan 3D web ke depan
Tidak itu saja, hari demi hari, semakin banyak program 3D dan animasi di pasaran. Diantaranya bisa didapat melalui download dari internet. Membuat Flash, 3D dan animasi GIF bukan hanya menggunakan program Macromedia Flash, 3D Studio Max atau Gif Animator, tapi kini telah banyak program lain yang lebih mudah dan cepat menghasilkan animasi dan 3D.
Program 3D Flash Animator (www.insanetools.com) mampu menghasilkan 3D dan Flash setiap saat. Malah, animasi 3D yang dihasilkannya termasuk mulus dan menarik serta sangat mudah dihasilkan meski tiada memiliki keahlian dalam 3D. Program seperti Ulead Cool 3D (www.ulead.com) adalah program pertama yang memudahkan dalam menghasilkan 3D tanpa perlu membuat 'wireframe' dan waktu render yang lama. Ini lantaran, Ulead Cool 3D menyediakan objek-objek 3D siap pakai. Tapi, tidak menutup kemungkin akan menghasilkan objek dan animasi 3D terbaik bagi pengguna yang sudah familiar melakukan manipulasi dalam lingkungan 3D.
Begitu juga soal menghasilkan "model" flash, kehadiran program-program seperti Swish, LiveMotion, CoffeeCup dan KoolMoves sanggup mempersingkat proses pembuatan Flash dengan mudah. Program-program ini dilengkapi koleksi liberary animasi yang memudahkan dalam menghasilkan animasi Flash tanpa harus tahu program Flash. Dengan Swish misalnya, pengguna sudah bisa menghasilkan animasi Flash dengan hanya memilih jenis animasi yang dikehendaki. Pengguna tinggal memasukkan teks, dan memilih sentuhan animasi yang dikehendaki.
::
Mengapa Halaman Web harus 3D
Selain efeknya menarik, teknologi 3D mengijinkan Anda nge-zoom, memutar, mengerakkan ke atas dan ke bawah, kiri dan kanan untuk mengetahui secara pasti sebuah objek, termasuk ukuran yang sebenarnya dari objek bersangkutan meski hanya ditampilkan dalam web.
Web 3D adalah sebuah konsep teknologi yang menggunakan 3D dalam web. Penggunaan 3D dalam web berawal dari VRML yang mengijinkan pengguna bergerak serta menyentuh sembarang objek dalam dunia maya itu. Sialnya, VRML tidak banyak pendukungnya oleh kebanyakan pengembang halaman web sehubungan dengan plug-in.
Meski ketika VRML popular dan sempat jadi "hype" banyak halaman web yang menggunakan VRML sebagai interface juga menampilkan isinya, sialnya VRML terlalu kompleks (baca : rumit) selain tidak adanya dukungan program khusus yang memudahkan untuk menghasilkan VRML. Akibatnya, meski VRML masih juga ada, namun tidaklah sepopular dulu.
Kini, implementasi dari teknologi Web 3D kian berbenah. Kaon Interactive (www.kaon.com) misalnya menggunakan teknologi ini berupa sebuah aplet Java yang dikenali sebagai HyperSpace yang mengijinkan sebuah produk dapat dilihat secara 3D di dalam web. Pengguna bisa memutar produk dan nge-zoom ke produk untuk mendapatkan tayangan yang lebih dekat. Program HyperSpace ini memiliki ukuran setara 40KB dan digunakan untuk mengabungkan model yang dipetakan bersama tekstur fotorealistik. Walau untuk hasil yang lebih jelas tekstur butuh bitmap yang lebih besar, tapi rupanya Kaon memiliki cara tersendiri untuk melakukannya.
Untuk menghasilkan Web 3D Kaon telah menelurkan program Activate!3D Author dan Viewer. Kedua program ini menggunakan teknik fotorealistik yang mudah digunakan seperti JPEG. Diantara produk yang telah dihasilkan memanfaatkan teknik ini ialah Palm, Panasonic, Sony, Dell, dan Motorola. Anda bisa mampir ke web Kaon untuk melihat produk-produk dari persahaan-perusahaan ini yang ditayangkan secara 3D. Dengan teknologi ini, Anda bisa zoom ke produk, memutar produk 360 derajat, mengerakkan produk ke atas dan ke bawah, kiri dan kanan atau bahkan mengukur panjang produk untuk mendapatkan gambaran ukuran yang sebenarnya dari produk bersangkutan.
Selain itu, tercatat juga program seperti Shout3D 1.0 (www.shout3d.com), Cult3D (www.cult3D.com) dan Blaxxun3D (www.blaxxun.com) yang sanggup menghasilkan Web 3D dengan mudah dan cepat. Ketiga program ini patut dimiliki bagi desainer web, khususnya yang memiliki klien perusahaan-perusahaan yang ingin memamerkan produk-produknya secara riel.
Bahkan, hasil kerja bareng Excite.com dengan Shout3D telah berhasil menggelar fashion show melalui webnya. Yang menarik dalam halaman ini, pengguna bisa menukar jenis baju, warna kulit dan rambut model, cara jalan model, lighting pentas dan posisi zoom kamera. Terang, Fashion show secara maya ini banyak menarik simpati, minimal pingin tahu sejauhmana Web 3D bisa melakukannya.
Web 3D juga digunakan untuk melakukan kunjungan virtual ke bangunan-bangunan bersejarah atau rumah sedang dikerjakan. Sebuah pengembang perumahan bisa menggunakan Blaxxun3D untuk memberikan gambaran dalam apartemen yang mau dibangunnya kepada pembeli. Dengan cara ini, pembeli bisa bergerak dalam bangunan itu dan melihat sendiri rancangan dalam, termasuk ukuran apartemen.
Bahkan, Web 3D juga bisa dijadikan rujukan untuk menampilkan bunga dan serangga oleh halaman web yang melakukan kajian mengenai floral dan fauna sebuah kawasan seperti yang telah dilakukan Muzium Maya Toucan asal Jepang (www.toucan.co.jp). Toucan menggunakan Blaxxun3D untuk menampilkan serangga dan tumbuhan misalnya belalang dan bunga.
::
Revolusi Elemen Animasi di Web
Elemen-elemen web telah berubah dari satu versi ke versi yang lain, dari hanya teks dan gambar sederhana ke teks dan animasi atau bahkan 3D. Kehadiran elemen-elemen animasi seperti Flash, GIF, Web 3D dan Java, dunia web dan internet jadi kian menarik.
Animasi dalam web telah populer sejak hadirnya animasi GIF. Animasi ini dibuat dengan meletakkan image seperti JPEG atau GIF dalam satu aliran ('sequence') dan dianimasikan (baca : digerakkan) dengan melakukan penindihan image secara berurutan, dan dengan mengatur waktu (durasi) tertentu sehingga seolah-olah dianimasikan.
Kemudian, animasi web berlaku kepada ikon yang memperkenalkan "rollover". Konsep ini adalah perubahan ikon dalam tiga tahap yakni "up", "over" dan "down". Dengan penggunaan HTML, animasi ini dapat dibuat dan dikontrol dengan mudah. Kontan, dengan hadirnya ikon-ikon seperti ini selain mempercantik web, ujung-ujungnya kian mempererat interaksi antara pengunjung dengan halaman web itu sendiri.
Setelah itu, Java pun mengenalkan program-program kecil berupa applet. Applet Java ini merupakan sebuah program tambahan yang bisa diselipkan ke dalam code-code HTML halaman web. Yang menarik lagi, applet Java ternyata mampu melakukan fungsi layaknya animasi ikon semisal "rollover", animasi mouse, animasi menu, fungsi pencarian dan banyak lagi. Sayangnya, selain butuh menyalin file applet server halaman web, saat itu, Java harus berhadapan dengan browser-browser yang belum mendukungnya.
Selanjutnya, muncul pula Flash yang telah mengegarkan dunia web dengan sentuhan-sentuhan animasi yang tak terbatas khususnya dalam memberikan kebebasan kepada pembuat halaman web dalam meningkatkan interaksi dan keindahan web itu. Sebuah halaman web yang dihasilkan dengan Flash bisa dianimasikan dengan penyajian informasi dalam bentuk yang lebih mudah dan menarik. Semuan elemen seperti gambar, video, bunyi, gerakan, dan warna bisa digabungkan persis tayangan TV.
Kini, Flash jadi sebuah standard yang dipakai oleh kebanyakan komunitas desain web di seluruh dunia. Halaman web yang dibangun dengan Flash telah menarik simpati individu yang kreatif menghasilkan sesuatu yang benar-benar beda dari yang lain. Bahkan, Coolhomepages.com (www.coolhomepages.com) dan NoLimitMedia (www.nolimitmedia.com) dengan bangga mengoleksi ratusan halaman web yang menggunakan salah satu produk Macromedia ini.
Flash bukan saja untuk menganimasikan halaman web atau memberikan nuansa-nuasa yang hidup pada halaman web saja, tapi dengan Flash juga bisa dibuat banyak fitur sehingga sebuah halaman web lebih banyak memiliki fasilitas. Contohnya Flash bisa digunakan sebagai mesin pencari, pengindeks, ruang 'chat' dan banyak lagi persis yang biasa dilakukan oleh halaman-halaman web HTML.
::
Agar Desain Tidak Itu-itu Saja
Meski dibutuhkan kebersamaan untuk saling berbenah antara desainer Web dengan penyedia teknologi atau software menjadi titik tolak kebangkitan desain Web, namun dalam perjalanannya sangat dibutuhkan pengetahuan teknis, kemampuan desain grafis, selain pemahaman arah dari desain web itu sendiri.
Mencermati perkembangan dunia web, khususnya di Indonesia yang cenderung stagnasi, ada beberapa faktor yang wajib dipahami diantaranya :
Ide orsinil. Ini antara lain bisa dilihat dari segi klien, sebagai pemegang penuh atas situs yang akan dibikin oleh desainer Web tersebut. Ketika sebuah ide beradu dengan kepentingan, maka yang terjadi adalah bentuk kompromi-kompromi yang sebenarnya kalau tidak diberikan rambu-rambu akan menambah carut-marut desain Web Indonesia.
Desainer Web tidak akan memunculkan ide-ide orisinilnya apabila campur tangan klien yang cukup dalam dan banyak dalam proses pengerjaannya. Walaupun klien punya hak penuh, namun memberikan kebebasan pada desainer Web berkreasi dengan imajinasinya akan sedikit banyak membantu khazanah yang akan menjadikan Web Indonesia menjadi terbaik.
Piranti. Faktor lainnya terletak pada masalah piranti, yang dipisahkan antara piranti yang dipergunakan oleh desainer Web dan piranti yang dipergunakan oleh browser. Semakin banyak peranti yang dipahami dan digunalakan, maka bukan saja mempercantik tapi juga enak dijelajahi. Sedangkan yang berkaitan dengan browser harus menjadi perhatian pada desainer Web. Adanya perbedaan antara komputer PC dan Mac buatan Apple Computers mengakibatkan adanya perbedaan penampilan homepage baik dari segi warna, komposisi, hingga fungsi navigasi dan informasi homepage tersebut. Tak ayal, ketidaktepatan di dalam memilih browser, akan mengurangi fungsi situs tersebut. Misalnya, default font pada komputer PC berbeda dengan Apple Mac, termasuk dalam ukurannya.
Dari sisi warna, komputer PC tampak super saturated sedangkan untuk Mac, warna tampil lebih washed out (http://www.glassdog.com/).
Dan tidak ketinggalan juga pemahaman karakteristik browser, ada beberapa browser yang tidak mendukung penuh fungsi yang ada pada situs. Microsoft mempunyai JScript dan VBScript dan ActiveX yang tidak bisa dijalankan di Netscape. Atau contoh paling sial adalah situs yang mengharuskan adanya beberapa plug-in, seperti Flash Player atau Shockwave Player. Meski begitu, beberapa desainer Web yang tanggap telah mengatasinya dengan menambahkan baris pilihan untuk browser pengunjungnya.
Pengguna. Faktor lainnya yang tidak kalah penting adalah pengguna. Faktor ini patut diperhatikan oleh desainer Web. Kita bedakan antara pengguna aktif dengan pengguna pasif. Seorang pengguna yang pasif akan menerima apa adanya kendala yang ada ketika sebuah situs ditayangkan sepanjang informasi yang diinginkan telah didapatkan. Akan lebih repot lagi apabila menghadapi pengguna aktif di mana mereka membutuhkan sesuatu yang bisa "dijual" dari kunjungannya, selain informasi yang biasa dibacanya.
Desain dengan hanya mendasarkan warna-warna seragam akan dengan segera ditinggalkan oleh pengguna jenis ini. Mereka membutuhkan dukungan informasi dengan sistem navigasi serta "brain effect" yang cukup membangkitkan selera mereka tinggal berlama-lamaan menelusuri halaman demi halaman. Mampukah desainer Web memahami dinamika ini. Mestinya, desainer Web juga memahami karakteristik para penggunanya. Misalnya, pengguna wanita lebih sensitif terhadap warna dibanding dengan pria. Warna merah lebih popular untuk wanita dan warna biru ternyata lebih disukai oleh pengguna pria. Atau hal-hal yang lebih sepele, misalnya, segmentasi pemakai Internet di Indonesia (http://www. detikinet.com/database/survey-apjii/Prelaunch-internet%20survey/sld010.htm).
Tren. Faktor penting lainnya adalah tren. Desainer Web sepatutnya mengikuti tren yang berlaku di masyarakat sekarang. Namun, dalam memperhatikan faktor ini tidak mendasarkan diri atas menggali lubang kubur bersama-sama. Inilah sebuah dunia yang tidak bisa memisahkan diri dengan lifestyle yang berkembang. Semua faktor ini seharusnya dapat diatasi dengan kerja sama yang lebih kuat di antara pengguna, penyedia jasa teknologi informasi dan para desainer Web itu sendiri.
Update. Faktor update juga ikut menentukan. Update inilah salah satu senjata desainer Web untuk senantiasa mengasah kemampuannya untuk lebih mempermanis situs yang telah dibuat sebelumnya. Sebenarnya ini adalah pedang bermata dua, di mana ketidaktepatan seorang desainer Web untuk melihat ini sebagai potensi mengasah kemampuan, maka akan selamanya update dianggap sebagai pembenaran.
kalo jaman sekarang bikin web 3D pake vrml masih laku ga ya??? soalnya sekarang2 malah ada beberapa yang bilang kalo SUATU SAAT nanti vrml pasti dapet gaungnya,, jaman dahulu dia "ga ngetop" lantas jatuh itu dikarenakan lingkungannya yang memang masih sangat tidak mendukung...
BalasHapuskalo buat modeling pembelajaran tentang tata surya gmana???
BalasHapusada gag ya situs yg nyediain objek2 tentang tata surya
waduh... untuk 3D mahir" kita di design grafis... pembelajaraakn tatasurya gimana klo aku saranin liat di wikipedia klo ga salah disana ada banyak
BalasHapus